Tahukah kita hal apa yang membentuk diri kita menjadi seseorang? Hal itu adalah kebiasaan kita sendiri. Tidak percaya? Coba perhatikan orang-orang di sekitar kita, akan ada yang diberi julukan “Si Rajin”, “Si Pemalas”, “Si Pemarah”, “Si Pembohong” dan sebagainya. Bagaimanakah mereke mendapata julukan seperti itu? Tidak lain karena kebiasaan mereka sendiri.
“Si Rajin” mendapatkan julukannya karena dia terkenal akan kerajinannya dalam melakukan segala sesuatu. Misal, dia selalu mengerjakan tugas tepat waktu, datang ke kelas tidak pernah terlambat, senantiasa menulis apa yang disampaikan guru dan sebagainya. Begitu juga “Si Pemalas” mendapatkan julukan tersebut karena kebiasaaannya bermalas-malasan. Dia malas mengerjakan tugas, malas datang tepat waktu, malas belajar dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan negatif lainnya.
Kebiasaan atau habit dalam bahasa inggri oleh para pakar pengembangan diri selalu dijadikan hal yang sangat penting dan menjadi perhatian utama disamping aspek-aspek lainnya. Hal ini karena kebiasaan kita benar-benar menentukan akan menjadi apa kita nantinya. Maka tidak jarang kita mendengar orang yang berkata “Tunjukkan aku buku-buku apa yang sedang kamu baca sekarang dan akan aku tunjukkan dirimu akan menjadi apa 5 hingga 10 tahun kedepan”. Sebuah pernyataan yang cukup ngeri bukan?
Bagaiamana proses yang membuat kebiasaan dapat menentukan masa depan kita?
Setiap kita memulai sesuatu dengan pikiran. Pikiran yang ada di dalam kepala kita akan kita ungkapkan dalam sebuah kata-kata baik itu yang terlontar maupun yang hanya di dalam self-conversation di dalam diri kita setiap harinya. Kata-kata yang berulang-ulang kita dengungkan akan mempengaruhi tindakan kita setiap harinya. Tindakan yang sama dan berulang-ulang kita lakukan akan membuat kita nyaman melakukannya dan menjadi kebiasaan kita.
Kebiasaan yang melekat dalam diri kita akan menentukan bagaimana kita merespon suatu kejadian yang terjadi terhadap diri kita dan orang lain akan melihatnya sebgaia karakter kita. Setiap orang akan menyukai pribadi yang berkarakter baik dan menjauhi pribadi yang berkarakter buruk. Dengan memiliki karakter yang baik akan membuat kita mempunyai banyak kawan dan kepercayaan sebagai modal penting untuk hidup.
Pikiran -> kata-kata -> tindakan -> kebiasaan -> karakter -> takdir
Make sense? Tentu saja. Semua yang baik pasti berasal dari hal yang baik. Takdir yang baik bermula dari kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik bermula dari pikiran yang baik. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam berpikir karena pikiran kita lah yang menentukan masa depan kita.
Contoh kebiasaan baik yang banyak sekali orang lewatkan adalah produktif di pagi hari. Banyak dari kita waktu pagi hari digunakan untuk bermalas-malasan, tidur dan hal-hal yang kurang produktif lainnya. Banyak orang-orang besar melakukan hal besar sejak pagi hari. Kebiasaan yang bisa kita latih pada pagi hari agar produktif adalah qiyamullail, membaca buku, menulis, shubuh berjamaah, dzikir, olahraga, meditasi dan sebagainya.
Lalu bagaimana merubah kebiasaan kita agar dapat sukses dalam “Installing Great Habit” ? Mulailah dengan hal kecil karena semua hal-hal besar selalu dimulai oleh langkah kecil pertama yang seiring waktu akan menjadi sebuah perjalanan yang panjang dan luar biasa.
Mulailah merubah pikiran “Ah malas banget membaca” menjadi “Aku harus membaca untuk mempercepat proses belajarku” kemudian membuat sebuah rencana dalam satu bulan membca setidaknya satu buku. Nah satu bulan ini dibreak-down menjadi tiap hari minimal membaca berapa halaman. Karena jika tidak, kita akan lupa karena kebiasaan “membaca buku” ini belum menjadi kebiasaan kita. Dan sangatlah penting melakukan evaluasi harian terutama setiap sebelum beranjak tidur.
Sekian sedikit rangkuman materi “Menuju Puncak Manfaat 2.0” bagian kedua. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat. Terimakasih~
Posting Komentar